Kamis, 04 Juni 2015

IPMAMI JOGLO : Mengucapkan Selamat dan Sukses atas Wisudanya Sdr.Jeni Sara Dimi

Foto : Setelah Usai acara Wisudah.

IPMAMI JOGLO--Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Mimikia mengucapkan selamat dan sukses kepada Jeni Sara Dimi yang telah wisudah pada tanggal 03/06 lalu. yang mana telah memperoleh gelar S.Pd.

Sebagai pengucapan syukur, IPMAMI JOGLO mengadakan Ibadah singkat bersama di honai IPMAMI, sekaligus memberikan kesan dan pesan kepada Sdr. Jeni dan diakhir rentetan kegitan ditutup dengan makan bersama anggota IPMAMI serta teman kerabat lainnya yang berasal dari Paguyuban lain (Diluar dari IPMAMI).

"Takuat akan Tuhan adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang yang bodoh menghina hikmat dan didikan" Motto Jeni

Jeni, juga menyampaikan terimaksih kepada keluarga besar IPMAMI JOGLO yang selama ini membantu dan membimbing saya selama proses pembelajaran di DIY.

Wisuda. Tapi wisuda bukanlah akhir, ini adalah awal dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Banyak sekali tantangan hidup yang harus dihadapi dengan pundak yang kuat. Iya, pundak terasa makin berat dengan tanggung jawab akademik yang dipikul dan bisikan dari hati bahwa “aku harus bermanfaat bagi orang disekelilingku”. Wisuda itu ternyata “sesuatu”. Sungguh.

Kembalilah ke Papua, didik anak-anak disana sesuai dengan Profesi yang telah diraih.(Admin/IPMAMI)

Selasa, 05 Mei 2015

Pemkab Mimika Berencana Seleksi Pelajar Berpotensi

 
Ilustrasi Doc.

IPMAMI JOGLO --Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika bagian Sumber Daya Manusia (SDM) Setda Mimika akan melakukan seleksi terhadap para pelajar berpotensi di 15 SMA/SMK yang ada di Kabupaten Mimika. Pasalnya program tersebut terakomodir dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) tahun 2015.

Untuk menindaklanjuti program tersebut, Kabag SDM Albertus Tsolme, Sekretaris Daerah (Sekda) Mimika Ausilius You dan Kepala Dinas Pendidikan Menengah (Dispenmen) Armin Wakerkwa mengadakan pembahasan di ruang Presroom, Sentra Pemerintahan Kabupaten Mimika, Kamis (23/4) lalu.

“Nanti ada 15 sekolah yang muridnya diseleksi. Untuk tingkat SMA ada delapan sekolah, sedangkan tingkat SMK ada tujuh sekolah. Dari masing-masing sekolah yang diambil enam orang,” kata Kabag SDM Albert dalam pertemuan.

Dalam seleksi tersebut Albert mengakui, akan memprioritaskan 50 persen putra daerah dari Amungme dan Kamoro, 30 persen dari Papua umumnya dan 20 persen non Papua.

Di hadapan Sekda dan Kadispendasbud, Albert mengatakan, selain program siswa berpotensi ada pula satu surat dari Provinsi Papua untuk mahasiswa yang bersekolah di luar daerah Timika. “Untuk mahasiswa ini kami harus mendata dulu di semua kota studi guna memperolah kepastian data-data penerima bantuan,” katanya.

Menanggapi hal itu Sekda Mimika Ausilius You mengatakan, dulu ketika dirinya menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang diutamakan adalah anak-anak putra daerah.

“Program ini sangat bagus, pendidikan ini adalah yang utama untuk masa depan anak-anak kita ke depannya. Tetapi saya ingin Bagian SDM menambah lagi dua sekolah yang masuk dalam rencana seleksi siswa berpotensi ini yakni SMK Taruna dan YPPGI,” usul You dalam pertemuan tersebut.

Kepada Bagian SDM ia mengingatkan agar seleksi ini harus benar-benar dinilai dengan baik.

“Nilainya harus dipatok terlebih dahulu dan jangan hanya melihat dia itu adalah keluarga kalian, tetapi diseleksi dengan benar,” katanya. (PA/Tony)

Sumber Anigou News


 

Rostela Menewe, Eks Pengurus Kios Kampung Fanamo: “Lelaki Kamoro Putus Sekolah, Bukan Berarti Impian itu Mati!”


Foto Doc.Rostela Menewa/IPJOGLO
Tak hanya orang bersekolah tinggi yang punya impian, orang putus sekolah juga punya impian.

Demikian prinsip yang melekat dalam diri Roestela Menewe, lelaki asal Dusun III Kampung Fanamo, Distrik Mimika Timur Jauh, Mimika Papua. Ia pernah bersekolah kejuruan di SMK Petra Timika. Pria itu menamatkan SD tahun 2000 dan SMP pada tahun 2003 di Kampung Manasari Distrik Mimika Timur Jauh. Kampung itu terdiri dari dua lokasi warga, yakni Kampung Omawita dan Fanamo.

“Saya sekolah sampai SMK tapi tidak sempat selesai, karena kendala biaya. Orangtua tidak mampu biaya sekolah jadi putus sebelum tamat,” kisahnya tak pernah dilupakan seumur hidup pria 28 tahun itu. Terpaksa mengikuti ujian Paket C tahun 2006 untuk mengejar impiannya.

Bekal ijazahnya dipergunakan untuk mengejar jenjang pendidikan berikutnya, ke jenjang perguruan tinggi, entah negeri ataupun swasta. “Saya berencana kuliah tapi, tetap tidak bisa. Tidak ada uang,” kisahnya menjadi ujian dan tantangan menghadapi hidupnya.

Ia terpaksa melamar pekerjaan, sebagai peserta tes CPNS Mimika, bahkan melamar pekerjaan ke perusahaan PT Freeport. Selama dua tahun itu tidak ada jawaban panggilan kerja, juga tidak lolos dalam formasi tes CPNS Kabupaten Mimika. Tes pegawai maupun tes peserta beasiswa, gagal terus.

Terpaksa, bekal impian dan motivasi itu dibawa pulang ke kampung asalnya, Fanamo. Kembali menjaring ikan, bekerja sebagai lelaki kampung tak bersekolah.

“Saya kerja di kampung, seperti kawan-kawan saya. Pergi menjaring, kemudian baku bagi. Pekerjaan apapun dari rekan saya bantu, yang penting hati saya murni,” selahnya menerima kenyataan. Bukan berarti pasrah atas impian yang tak pernah terungkap kepada siapapun itu.

Ia pria Kamoro, lain dengan lain. Rupanya Rostela memiliki keinginan, cita-cita dan impian setinggi langit yang mesti terjawab dalam usia hidupnya.

Suatu kali, tahun 2013 saya dilaporkan oleh warga tetangga dan sekampung untuk masuk kelola kios kampung (Fanamo, bantuan LPMAK yang dikhususkan untuk memperlancar kebutuhan sembako kampung),

“Waktu pemilihan pengurus kios, saya mencalonkan diri terlibat dalam mengurusi kios tapi warga lain juga ikut mendukung saya untuk urus kios ini,” paparnya.

Kurang lebih setahun dua bulan tercatat sebagai pengurus kios. Mulai persiapan hingga mengurus kios kampung itu secara rutin. Mulai belajar dari rencana belanja, buat daftar harga barang kios, belajar menentukan harga barang sesuai prinsip ekonomi, serta tidak merugikan bahkan bersaing dengan kios pedagang musiman yang terkesan buruk dalam situasi kehidupan ekonomi warga setempat.

“Misalnya, rokok satu bungkus, dibagi berapa batang di dalam, lalu menentukan harga satuan. Jadi empat batang, sampai kena harga 5ribu rupiah,” kisahnya menilai sebagai bagian pembinaan yang ditempuh. Bukan upah yang dikejar, bukan pula kewajiban menjalankan tugas dan kepercayaan warga kampung bersama ke-3 rekan lainnya di Kios Kampung Fanamo.

“Kita-kan dibina. Dalam pembinaan itu kalau kita turuti, apa yang tidak tahu itu menjadi tahu. Saya jalani dan tidak berkecil hati,” optimisnya bukan demi pribadinya, tapi demi kepentingan bersama kampung.

Ia bukan aparat pengurus pemerintahan kampung. Ia menyadari dirinya, lelaki yang memiliki impian yang belum terjawab dalam hidupnya. “Waktu ada informasi (setelah pusat Ibukota Distrik Ayuka dipindahkan ke Manasari-red), saya langsung siapkan berkas dan kasi masuk sebelum rolling pejabat,” pikirnya saat itu, Pemkab Mimika berencana menempatkan kepala distrik di Mimika Timur Jauh , tahun 2014 lalu.

Usahanya membuahkan hasil. “Sekarang sudah satu bulan dapat honor, dan saya keluar dari pengurus Kios kampung,” lontarnya. Baginya, tujuan hidupnya tak hanya sebatas bekerja sebatas jenjang pendidikan SMK.

Hati nurani tak pernah seburuk pria kecewa, didukung dengan perilakunya bersahabat. Sering bersapa dan menyambut rekan-rekannya sejak pra-sekolah ke Kota Timika, 2003 silam.

“Hati urani saya itu tidak pernah dendam sama orang, sama teman atau siapapun. Kalau ada hasil jaring biasa baku bagi. Sekarang saya ada gaji juga, mereka sering kasi gula-kopi dan sayur, juga ikan ke rumah,” kesan relasinya.

Selain kampung asalnya kaya raya ikan, kepiting, kerang-kerangan, binatang buruhan liar, seolah seperti imbalan kebaikan hati yang diterima padanya.

“Saya hanya berharap, kita kerja itu-kan harus ada kesempatan untuk orang lain,” demikian salah satu prinsipnya. Berharap supaya kios Fanamo itu berjalan normal, mesti ada kader sepikiran untuk tetap semangat dalam mengejar cita-citanya.

Prinsip itupula yang dipegang teguh, ketika sebulan lalu menjadi pegawai honorer di distrik Mimika Timur jauh.

“Saya tidak punya tujuan, tapi sejak kecil saya terbiasa. Bergaul dengan siapa saja, kalau ramah, tidak marah, tidak dendam, itu pasti kita akan menimbah ilmu dari orang lain. Sesuatu yang kita tahu itu menjadi tahu,” kenang riwayat hidupnya yang belum terukir sempurna menurutnya.

Harapan itu yang ada dibenaknya, sejak Maret 2015 kemarin menerima upah berupa honor pegawai distrik.

“Saya sudah belajar mengatur kios, harga barang, untung dan prinsip yang yang mematangkan cita-cita saya. Tapi kalau distrik percayakan saya untuk urus administrasi, saya tetap siap,” harapnya pria yang pernha mengenal komputer sejak SMK di Timika selama tahun 2003-2005.

Riwayat perjalanan mengejar impian dan cita-citanya nyaris pupus, sebab sempat terasa tak akan mendapat kesempatan dalam hidup dan perjuangannya.

“Kalau saya sudah dua tahun kerja di distrik, semoga kepala distrik kasi saya tugas belajar, itu saja,” harapnya. Tak mesti jauh keluar Kota Timika, tergantung jawaban pejabat dan petinggi di pemerintahan atasan saya nanti, paparnya. (PA/willem bobi)

Sumber Anigou News ---

Jumat, 01 Mei 2015

INFO : Permohonan Maaf Badan Pengurus Pusat IPMAMI



Kepada
Yth  :  KETUA KORWIL, BADAN PENGURUS HARIAN (BPH), SENIORITAS, SESEPUH dan SELURUH ANGGOTA IPMAMI se-JAWA-BALI.


Dengan Hormat

Berhubung dengan isu kedatangan PEMDA KAB.MIMIKA, maka atas nama kami BPP IPMAMI se-JAWA-BALI, memohon maaf kepada 10 KORWIL yang ada di Jawa dan Bali. Terkait dengan itu ada beberapa penyebab kesalahan yang terjadi , yakni : 

1. KOMINIKASI ANTARA BPP IPMAMI dan PEMDA MIMIKA; 
2. BELUM LAKSANAKAN RAKER.

Dengan dua hal di atas, sebagai penyebab kesalahan maka itu kami BPP IPMAMI memohon maaf agar hal tersebut tidak menjadi sesuatu hal yang membuat semangat  terputus.

Atas Perhatiannya kami Ucapakan terimaksih.
Tuhan Memberkati.

                                                               Yang bertanda tangan Dibawah ini                                                                                                            

Ketua BPP Pusat                                                                   Wakil Ketua BPP Pusat

 Ronaldo Kum                                                                         Yerison Kemong.

Doa & Refleksi Diri Menyambut Bulan Yang Baru

Foto : Saat Refleksi Diri/IPMAMI JOGLO
Kini kita telah lalui bersama di bulan April bersama  dan kita menyambut bulan yang baru, Bulan Mei maka kit sebagai umat Allah kita patut memanjatkan syukur kepada Tuhan Yang maha Esa , atas berkat dan bimbingannya kita telah lalui bulan ini dengan baik.

Tidak lupa juga , kita sebagai manusia yang lemah yang selalu luput dari salah dan dosa selama menjalani hidup didunia ini.tentunya juga Pada bulan April yang kita telah lalui ini.

waktu terus berjalan membawa kita pada bulan yang baru , bulan Mei. dengan itu IPMAMI YOGLO mengadakan Doa Refleksi Diri menyambut bulan yang baru ini.


Pembukaan : 

  • Lagu Pembukaan "HARI INI KU RASA BAHAGIA"

        Hari ini ku rasa bahagia
        Berkumpul bersama saudara seiman
        Tuhan Yesus mempersatukan kita
        Tanpa memandang di antara kita

        Bergandingan tangan dalam kasih
        Dalam satu hati
        Berjalan dalam terang kasih Tuhan
        Kau sahabatku, kau saudara ku
       Tiada yang dapat memisahkan kita

"Percayakan masalahmu kepada Tuhan Yesus, karena dia akan memberi jalan keluar dalam setiap masalahmu."


  • Doa Pembukaan (Dipimpin oleh Janius)

Pengantar 

Kita isi dengan perbuatan yang baik. Tidakah lebih mulia jika hidup kita bermanfaat bagi orang lain. Tidakah lebih bahagia jika keberadaan kita dapat memancarkan kebahagiaan bagi orang lain. Hidup di dunia ini hanya sejenak. Kerendahan hati menuntun pada kekuatan bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan perbuatan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri juga kepada sesama. Jadikan diri kita bermanfaat bagi diri, dan orang lain.

Kita mengoreksi diri, perbuatan apa saja yang kita lalkuka selama satu bulan yang telah kita lalui, apakah perbuatan yang kita lakukan itu baik dihadapan Tuhan dan terhadap sesama atau sebaliknya, membuat Tuhan dan semama kecewa , membuat Mara, membuat menci dengan sikap dan perbuatan kita ?

Untuk mengoreksinya dalam pribadi masing-masing, Pembawah Renungan member (Janius Yupini) kesempatan kepada semua anggota IPMAMI JOGLO yang hadir untuk hining sejenak.

                                       ................................(hening sejenak)..........................
Disatukan dalam doa.

Setiap kata yang kita ungkapkan adalah Doa dan Firman, melalui doa kita memohon kepada Tuhan atas semua Problem yang tejadi dalam hidup kita, dan melalui Doa kita panjatkan syukur kepada Tuhan, sehingga Doa adalah Fiman yang menyatu dengan Pribadi kita, Mengapa ? karena melalui Doa kita meresapi Firmn Tuhan, dan melalui Doa kita dapat pengampuan, untuk mengungkapkan Doa permohonan mari kita siapkan hati untuk mendengar Firma Tuhan melalui setiap kata yang kita akan ungkapkan. 

Lagu 

Ku Siapkan Hatiku Tuhan

Kusiapkan hatiku Tuhan 
Tuk dengar firmanMu saat ini
Ku sujud menyembahmu tuhan 
Masuk hadiratmu saat ini

Bagi jemaahku saat ini
Kusiapkan hatiku Tuhan
Tuk dengar firmanMu

Firmanmu Tuhan
Tiada berubah
Dahulu sekarang selama-lamanya 
Tiada berubah

Firmanmu Tuhan 
Penyelamat hidupku
Ku siapkan hatiku Tuhan 
Tuk dengar firmanMu.

Doa (Dalam Hati)

Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa sangatlah penting mulai dari anak-anak hingga orang tua dan kakek nenek tak terkecuali wajib berdoa.

Dalam Doa " Memohon perlindungan dan campur tangan Tuhan dalam masalah-masalah yang sedang dihadapi." Permohonan yang disampaikan oleh Peserta yang hadir diantaranya; untuk :
1. Mendoakan Orangtua 
2. Mendoakan orang yang lagi sakit
3. Perkembangan Organisasi
4. Masalah papua
5. Masalah pendidikan 
6. Mendoakan untuk PEMDA
7. Terhadap Hukum yang tidak berjalan Baik
8. Mahsiswa/i dan pelajar Papua pada umumnya dan pada Khususnya Mimika
9. mendoakan kaum yang tertindas, dan
10. Ujut Doa lainnya.

Apapun keadaan kita saat ini, mungkin pergumulan-pergumulan belum dijawab: sakit-penyakit, masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah pasangan hidup; jangan pernah berputus asa, miliki respons yang tepat, untuk tidak menyerah, tetap mendekat, tetap menyembah Dia, bertekun dalam pengharapan, karena semuanya tidak akan sia-sia

Penutup 
Tuhan Adalah Jalan dan Kebenaran, Tuhan adalah satu-satunya penolong kami yang sesungguhnya,
kepadan-Nya kita memohon semua pergumulan hidup kita, karena Dialah jalan dan Hidup. 

Lagu penutup

Yesus Itulah satu-satunya penolongku yang sungguh
ia berjanji akan kembali akagkat kita semua 
o..o..o..
haleluya, puji Tuhan Upahmu besar disurga
o..o..o..
haleluya Puji Tuhan Upahmu besar disurga.

Demikian Rangkaian Ibadah Akhir Bulan IPMAMI JOGLO



Minggu, 19 April 2015

Kokonao, Keindahan Alam Papua yang Terlupakan


Di tengah belantara hutan sagu dan bakau yang lebat di pesisir Selatan Papua, di sanalah terdapat Kokonao, daerah yang terperosok sepi dan terlupakan. Namun, keindahannya mampu menutupi semua kekurangannya.

Kokonao yang memiliki pemandangan alam nan elok merupakan ibu kota distrik Mimika Barat, Papua. Untuk mencapainya, kita membutuhkan waktu dua setengah jam lebih menyusuri sungai-sungai yang bercabang dan bermuara ke Laut Arafura dengan menggunakan speedboat dari Mapurujaya, Timika.

Seperti daerah-daerah lainnya di sepanjang Pesisir Selatan, Kokonao bisa dicapai dengan transpotasi air yang tergantung pada pasang surut air laut (perhitungan air). Pada saat air laut surut, sungai-sungai akan menjadi dangkal dan beberapa tempat berubah menjadi hamparan lumpur. Jika kita beruntung, ada pesawat perintis dari Timika dan kita pun bisa mencapai Kokonao dalam waktu 25 menit. Namun, penerbangan ke Kokonao tidak ada setiap minggu.

Hari beranjak malam ketika kami tiba di Kokonao. Penduduk "kota" tertua yang sebenarnya lebih mirip sebuah dusun yang tertinggal di pedalaman ini belum bisa menikmati pelayanan listrik. Memang terdapat satu-dua genset milik pedagang-pedagang Bugis dan Paroki Maria Bintang Laut Kokonao.

Sebagai sarana publik, di Kokonao terdapat SD Negeri, Sekolah Menengah, dan Sekolah Sepak Bola yang dikelola oleh Paroki yang bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) serta sarana kesehatan atau Puskesmas, dan dua tempat ibadah, yaitu gereja Katolik dan masjid kecil yang kalau di Pulau Jawa dan Sumatera lebih mirip dengan suaru.

Penduduk distrik Mimika Barat berjumlah 4000 jiwa. Mata pencarian mereka masih merupakan sisa-sisa dari masyarakat berburu dan meramu. Alam Papua yang kaya akan keberagaman tumbuhan dan satwa menyediakan segala kebutuhan mereka. Pohon-pohon sagu di sepanjang pesisir melimpah sebagai sumber makanan utama. Mereka juga mengonsumsi berbagai jenis ikan, seperti kakap dan baronang yang  sangat mudah mendapatkannya. Ketersediaan hutan-hutan bakau yang lebat, menyediakan udang dan karaka (sejenis kepiting) yang hidup dan bertelur di antara akar-akar bakau. Selain itu, mereka juga berburu anjing hutan, babi, kus-kus, burung kasuari dan kanguru pohon ke hulu-hulu sangai yang ditumbuhi berbagai macam jenis tumbuhan hutan hujan tropis yang lebat.

Akibat dari perang panjang antara suku Asmat dengan suku Kamoro yang menyebabkan teror dan ketakukan pada suku Kamoro membuat gereja Katolik meminta pertolongan Belanda untuk membantu orang-orang Kamoro. Karena hal tersebut, ajaran gereja Katolik tumbuh subur di daerah Mimika. Kebiasaan mereka yang tadinya suka berpindah-pindah, akhirnya mulai menetap di sekitar Kokonao. Anak-anak mereka mulai masuk sekolah dan kemudian menjadi guru-guru yang membantu tugas misionaris Belanda di wilayah ini. Dan, akhirnya Kokonau pun menjadi pusat pemukiman suku Kamoro.

Germanus Wayaru merupakan salah seorang tetua suku Kamoro, ia menyebut diri mereka sebagai orang Mimika. Mimika berasal dari perkataan Mi-mi-yei-ka yang berarti sungai yang mengalir ke hulu. Air yang mengalir ke hulu ini merupakan air laut yang pasang melewati sungai-sungai berkelok dan menggenangi hamparan hutan-hutan bakau dan rawa-rawa yang ditumbuhi pohon-pohon sagu. Mimika menjadi penunjuk identitas yang mengaju pada masyarakat pesisir pengguna bahasa Kamoro dan saudara serumpun mereka, suku Sempan.

"Kami adalah orang Mimika," kata Germanus Wayaru, Kepala Suku Kampung Mimika, yang kami temui di Kampung Mimika, Kokonao. "Kita semua orang Kamoro. Karena kita semua adalah orang hidup," tegas Germanus. Bagi suku pesisir ini, kamoro berarti orang hidup.

Germanus Wayuparu merupakan sisa-sisa masyarakat adat yang masih menerapkan prinsip-prinsip yang diwariskan oleh leluhur orang-orang Mimika. Generasi mudanya sendiri kini berorientasi ke Timika yang modern. Kehadiran raksasa perusahaan tambang milik Amerika, Freeport, menyebabkan terjadinya gelombang migrasi penduduk ke Mimika, terutama yang datang dari pulau Jawa dan Sulawesi.

Migrasi besar-besaran ini mengakibatkan suku yang mendiami kawasan pesisir berserta saudara mereka di pegunungan menjadi semakin tergusur dari tanah leluhur mereka sendiri.Generasi muda tidak lagi memikirkan adat dianggap sudah kuno. "Saya sangat khawatir, kalau saya cepat dipanggil Tuhan, siapa yang akan menerusakan dan menjaga tradisi ini?" Germanus seperti bertanya pada dirinya sendiri. 

Leluhur suku Kamoro mewariskan berbagi kekayaan tradisi yang kini mulai memudar. Dahulu terdapat berbagai upacara ritual untuk memuliakan roh leluhur yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam. Kehidupan spritual suku Kamoro tidak bisa dilepaskan dari hal tersebut. Maka segala bentuk kesenian seperti tari, nyanyian, dan ukiran-ukiran selalu berhubungan dengan legenda dan mitos yang berisi ajaran-ajaran leluhur mereka.

 
Secara temurun dikisahkan, seorang anak kecil menemukan sebutir telur di pinggir pantai ketika ia sedang bermain. Telur tersebut dibawa pulang, dirawat dan menetaskan seekor buaya. Setelah besar, buaya tersebut memangsa hampir seluruh penduduk kampung. Seorang perempuan yang sedang hamil, Mbirokateya, merupakan satu-satunya yang selamat dari keganasan reptil tersebut. Ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Mbirokateyau.

Ketika sang ibu menceritakan peristiwa buaya yang memangsa penduduk kampung mereka, Mbirokateyau telah tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa yang kuat. Mbiroketayau berjanji akan membunuh sang buaya. Hingga akhirnya, ia berhasil mengalahkan dan memotong-motong reptil itu menjadi empat bagian. Kemudian melemparkannya ke empat penjuru mata angin. Bagian pertama ia lempar kebagian Timur sambil ia berkata, "Umuru me," yang kemudian menjadi asal-usul suku Asmat. Lemparan kedua ke arah Barat sambil berkata "Kamoro we," sebagi cikal-bakal suku Kamoro. Adapun lemparan ke tiga menuju ke arah utara yang dipercaya sebagai nenek moyang suku-suku di pegunungan, seperti Amungme, Mee, Dani, dan lain-lain. Dan, potongan terakhir ia lemparkan ke arah selatan sambil berkata "Semopano we",  yang menjadi suku Sampan.

Leluhur suku Kamoro membentuk kelompok-kelompok suku dengan saling mengunjungi dan saling menjalin hubungan antar sesama kelompok. Dalam setiap kelompok, mereka memiliki tetua adat untuk mengatur ritual adat yang disebut Kakurue We. Mereka mengatur sukunya melalui sebuah rumah adat yang disebut Taparu. Dalam struktur pemerintahan adat ini, Weyaiku adalah pemimpin tertinggi di Taparu. Dia memiliki tanggungjawab untuk melindungi masyarakatnya dan sekaligus merangkap sebagai panglima perang untuk mempertahankan hak-hak ulayat suku Kamoro dari gangguan suku-suku lainnya. 

Adapun ritual yang utama dalam suku Kamoro adalah upacara Karapao, yakni inisiasi pendewasaan seoarang anak laki-laki. Upacara ini dilakukan dalam sebuah bangunan sementara yang berbentuk memanjang, dindingnya terbuat dari anyaman daun sagu, tiang-tiangnya saling terikat dan atapnya terbuat dari jerami. Lebarnya kira-kira tiga meter dan panjangnya tergantung pada jumlah pintu. Sedangkan jumlah pintu tergantung pada jumlah anak yang akan diinisiasi. Untuk memastikan seorang anak siap melakukan upacara Karapao adalah dengan menyuruhnya menonjok batang pisang. Jika kesakitan berarti ia belum siap.

Upacara yang meriah ini berlangsung beberapa hari, mirip sebuah karnaval. Tifa ditabuh, tarian-tarian dipertunjukkan dan nyanyian yang dipimpin seorang ahli (Ndikiarawe) menggema sepanjang upacara. Tubuh anak-anak yang diinisiasi dilukis dengan jelaga, kapur, dan berbagai warna alami yang terbuat dari dedaunan dan biji-bjian. Tiang-tiang besar diukir menjadi Mbitoro (patung-patung leluhur), dilukis, dan dibangunkan dengan mantra-mantra yang diucapkan oleh Opakawe (tua adat yang memimpin seluruh prosesi upacara).

Selanjutnya, dengan gagah Mbitoro diarak keliling kampung sebelum akhirnya diikat di depan Karapao. Pendirian Mbitoro bertujuan mendatangkan kembali kekuatan dan kebijaksanaan dari seorang leluhur. Semasa hidupnya ia adalah seorang yang kuat, dihormati, dan memiliki satu kemampuan khusus. Misalnya ahli dalam membuat perahu atau berburu yang layak untuk ditiru dan dicontoh oleh anak laki-laki yang diinisiasi ini.

Upacara Karapao yang kedua dilakukan beberapa tahun kemudian. Anak-anak yang diinisiasi akan menukar tapena-nya (pakaian kanak-kanak) dengan dedaunan sebagai pembungkus kemaluannya. Adapun upacara yang ketiga merupakan tambahan dan dilaksanakan apabila mereka sudah dianggap dewasa, siap untuk berkeluarga. Pada saat itu, hidung mereka akan dilobangi dan dipasang taring babi. Sejak tahun 1950-an, upacara pelobangan hidung ini sudah hilang dari tradisi suku Kamoro.

Seperti Germanus Wayaru, Pius Nimepo, kepala suku Kamoro di Ayuka, kini juga mengalami kekhawatiran yang sama, "Kita mau mengatur secara adat susah. Anak-anak muda tidak mau dengar lagi. Ini pangaruh dari alkohol," tegasnya menyikapi berbagai persoalan lain yang dihapai suku Kamoro saat ini.

 
Dahulu penduduk kampung selalu bergotong-royong, mengumpulkan berbagai kebutuhan dan para perempuan naik perahu pergi memancing ikan, mencari udang, dan kepiting. Sementara pria-pria dewasa akan pergi membawa anjing terbaik mereka untuk berburu babi hutan ke hulu-hulu sungai. Kini, membludaknya para pendatang yang juga dibarengi dengan munculnya tempat-tempat prostisusi membuat nilai-nilai adat mulai luntur ketika berbagai pengaruh yang baru ini meresap dalam kehidupan suku Kamoro.(Admin/IJS)


Info Pemberitahuan IPMAMI PUSAT

FOTO DOC Info IPMAMI PUSAT
Dengan Hornat.
Diberitahuan kepada ketua dan Badan Pengurus Harian (BPH) KORWIL  IPMAMI Se-Jawa Bali  di setiap kota study yang ada ; diantaranya :
1.    Kota Study Bali
2.    Kota Study Malang
3.    Kota Study Cilacap
4.    Kota Study Salatiga-Purworejo
5.    Kota Study Semarang
6.    Kota Study Yogyakarta-Solo
7.    Kota Study Bandung
8.    Kota Study Bogor
9.    Kota Study Jakarta – Tangerang dan
10.  Kota Study Surabaya

Bahwa, Segera  menyiapkan DATA BASE  dengan keterangan masing-masing dari Pelajar (SD, SMP, SMA/SMK) dan Mahasiswa/i ( kuliah biasa dan tugas akhir). Serta BPH setiap KORWIL  juga diminta untuk membuat  STURUKTUR BPH serta PROGRAM KERJA KORWIL.

 Kemudian semua yang disebut diatas dikumpulkan pada saat RAKER  yang kita akan laksanakan dalam jangka waktu yang dekat ini, untuk pelaksanaan RAKER mohon tunggu info selanjutnya dari BPH Pusat.  Sekaian dan  terima kasih atas kerja samanya. Tuhan Memberkati.

TTD
BPH PUSAT

Translate

.